26 Oktober 2015

Paduan Keindahan Alam dari Gunung Kaba, Bengkulu

Bayar Lelah dengan Sunrise
6/09/14, 05:10 WIB
PEMANDANGAN ELOK: Wisatawan mendirikan tenda di puncak Gunung Kaba, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, untuk bisa menyaksikan terbitnya matahari. (Komi Kendy Setiawati/Rakyat Bengkulu/JPNN)
GUNUNG Kaba lebih sering disebut Bukit Kaba. Gunung setinggi 1.938 meter itu menjadi salah satu primadona wisata di Provinsi Bengkulu.
* * *
GUNUNG Kaba mudah didatangi siapa saja. Untuk menuju puncak bukit, rute dan jalurnya tidak terlalu sulit meski tentu tidak bisa dianggap enteng. Perjalanan pulang pergi bisa ditempuh dalam sehari jika pengunjung hanya ingin hiking dan tidak mendirikan tenda di area camping. Selain itu, sangat disayangkan jika para pengunjung melewatkan keindahan sunrise dari ufuk timur pada cuaca cerah di Bukit Kaba.
Dari arah terbitnya matahari tersebut, pengunjung bisa menyaksikan kumpulan awan yang bagaikan hamparan permadani di depan mata. Barisan bukit lain juga tampak dari arah timur. Warna langitnya pun berubah-ubah. Yakni, kelam saat menjelang fajar lantas menjadi biru tua, oranye, lalu berubah biru muda dengan awan yang berarak.
Terdapat juga tiga kawah cantik di sana. Dua di antaranya merupakan kawah hidup bisa dijangkau dan disaksikan dari dekat. Ya, Bukit Kaba merupakan salah satu gunung berapi aktif tipe A di Pulau Sumatera.
Secara administrasi, kaki Bukit Kaba terdapat di Desa Talang Markisa, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Daerah itu bisa didatangi dari Kota Bengkulu dan Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, yang sekarang sudah memiliki bandara sendiri. Yakni, Bandara Silampari.
Jika dibandingkan dengan perjalanan dari Bengkulu yang memerlukan waktu dua hingga dua setengah jam ke kaki bukit, perjalanan dari Kota Lubuk Linggau justru lebih dekat, yakni hanya sejam.
Sepanjang perjalanan menuju Desa Talang Markisa tersebut, kita bisa menyaksikan perkebunan sayur milik warga di kiri dan kanan jalan. Sebagian besar penduduk desa itu memang bercocok tanam cabai, bunga kol, bawang merah, wortel, dan tomat. Jika sudah tiba di Desa Talang Markisa, pengunjung diwajibkan melapor di Pos Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sebelum menuju pintu rimba. Selain menuliskan identitas, pengunjung dikenakan tarif masuk kawasan wisata itu.
Lantas, pendakian dimulai dari pintu rimba yang berjarak sekitar 100 meter dari Pos Pokdarwis. Yakni, ditandai dengan menyeberangi aliran air. Agar sampai ke puncak, ada tiga selter yang bisa disinggahi untuk beristirahat.
Perjalanan dari pintu rimba menuju selter satu membutuhkan waktu sekitar sejam. Jalurnya melewati lorong tanah, vegetasi hutan bambu, dan hutan rimbun. Lalu, perjalanan dari selter satu ke selter dua juga ditempuh sekitar sejam dengan melewati satu jalur yang cukup terkenal dengan nama Tebing Cengeng.
Tebing tersebut dinamai Tebing Cengeng karena memiliki kemiringan sekitar 60 derajat sepanjang 50 meter. Mendaki tebing itu benar-benar membuat para pendaki mengeluh hingga ingin menangis. Sementara itu, dalam perjalanan dari selter dua menuju selter tiga, ada kubah (bangunan mirip bunker) yang merupakan pintu masuk kawasan puncak bukit. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu setengah jam.
Selama perjalanan dari selter ke selter, pengunjung tidak hanya bisa menikmati udara segar, pemandangan hijau, dan suasana persahabatan, tetapi juga suara bermacam-macam satwa. Salah satu yang paling khas adalah suara siamang yang terdengar jika ada pendaki yang melintasi selter satu ke selter dua. Mereka biasanya bersuara karena ingin menandai wilayah habitatnya.
Setelah tiba di selter tiga kubah, pendaki dapat mendirikan tenda. Kalau hanya hiking, pengunjung bisa duduk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke kawah hidup dan kawah mati. Selain itu, ada sumber air di 20 meter sebelah kiri lembah yang menghadap puncak. Sumber air tersebut cukup jernih sehingga menjadi alternatif bagi pengunjung yang kehabisan air minum.
Untuk menuju ke kawah hidup, jalannya sejalur dengan jalur kubah. Pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Nanti pengunjung juga melintasi tangga yang disebut Tangga Seribu. Meski bernama Tangga Seribu, tangga itu tidak sampai berjumlah seribu. Secara keseluruhan, perjalanan 2,5 jam dari pintu rimba menuju puncak Bukit Kaba memang cukup melelahkan.
Menurut seorang pendaki perempuan yang sudah biasa mendaki gunung-gunung di Jawa, Pratiwi Setyo, jalur gunung Sumatera sangat berbeda dengan gunung-gunung di Jawa. ’’Gunung Sumatera berjarak pendek, tetapi perjalanannya cukup melelahkan. Sebab, trek datarnya sangat sedikit,’’ tuturnya.
Dia menjelaskan, pendaki terkadang harus berpegangan pada akar-akar jika ingin menaiki undakan tanah. Sementara itu, di Jawa banyak jalur datar nan panjang sehingga tidak terlalu melelahkan meski waktu tempuhnya lebih lama. Namun, rasa lelahnya akhirnya terbayar dengan pemandangan yang elok.
Bagi yang ingin melihat sunrise tanpa harus camping atau mendirikan tenda, ada tip yang memudahkan pendaki. Pendakian bisa dilakukan dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Jadi, pengunjung bisa tiba di puncak pada pukul 05.00 WIB atau menjelang matahari terbit. Untuk cara itu, pengunjung wajib membawa senter dan setidaknya mengajak satu orang yang sudah mengetahui jalur pendakian di sana.
Kunjungan ke lokasi wisata tersebut biasanya ramai pada Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur. Pada hari besar seperti Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan Tahun Baru, jumlah pendaki dan pengunjung yang hiking bisa mencapai ratusan orang. (ken/JPNN/c20/diq)
Pantai Panjang Putri Gading Cempaka

Pantai Panjang Putri Gading Cempaka
Pantai Panjang Putri Gading Cempaka
Pantai berpasir putih yang memiliki garis pantai sepanjang 7 Km ini adalah tempat wisata terkenal di Bengkulu. Banyak wisatawan yang mengatakan bahwa pantai Panjang Putri Gading Cempaka adalah pantai yang memiliki garis pantai terpanjang di Indonesia. Pemandangan ombak yang tenang, pasir yang halus dan sejumlah deretan pohon cemara semakin membuat pantai ini digemari wisatawan.

Ada juga beragam fasilitas yang tersedia di sini, seperti penginapan, kafe, mal,toilet  umum, sport centre, musholla, penyewaan sepeda, dan lain-lainnya.

 Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah di Jalan Soekarno-Hatta, Kecamatan Gading Cempaka, ini menjadi saksi perjuangan Bung Karno bersama rakyat Indonesia merebut kemerdekaan. Selama empat tahun, 1938 – 1942, rumah berukuran 9 x 18 meter ini menjadi tempat tinggal Bung Karno.
Arsitektur Cina terlihat dari bentuk lubang angin dan ornamen khas Tionghoa di beberapa bagian rumah. Diduga rumah ini sebelumnya adalah milik pedagang Cina yang kemudian disewa oleh Belanda sebagai tempat pengasingan Bung Karno.
Di dalam tempat wisata ini, Anda bisa melihat buku-buku koleksi Bung Karno. Ada juga sepeda, meja, kursi, ranjang, mesin jahit bahkan surat cinta antara Bung Karno dan Fatmawati dahulu. Menariknya, di belakang rumah terdapat sebuah sumur tua yang mitosnya bisa mengabulkan permohonan jika pengunjung membasuh wajah dengan airnya.
Hanya dengan 2.500 Rupiah, Anda sudah bisa masuk ke tempat wisata di Bengkulu yang penuh nilai sejarah ini. Rumah pengasingan ini ramai dikunjungi saat akhir pekan.

 Masjid Jamik Bengkulu

Masjid Jami Bengkulu
Masjid Jami Bengkulu
Selama diasingkan, Bung Karno ternyata tak hanya sibuk dengan buku-bukunya dan upaya memerdekakan Indonesia. Presiden pertama Indonesia ini juga meninggalkan jejaknya dalam Masjid Jamik Bengkulu.
Bersama warga setempat, ia membagun kembali sebuah masjid tua di ujung Jalan Soeprapto, pusat kota Bengkulu. Hasil karyanya yang bisa dilihat adalah dari atap masjid berbentuk limas yang menggambarkan persatuan budaya di Bengkulu dan di Indonesia. Selain itu, ia juga menambahkan beberapa tiang dengan ukiran berwarna emas.
Masjid yang telah menjadi salah satu tempat wisata di Bengkulu ini berjarak 1,2 km dari Benteng Marlborough.

1. Benteng Marlborough

Benteng Marlborough
Benteng Marlborough
Benteng ini menjadi salah satu bukti bahwa Inggris pernah berkuasa di sini. Jika dahulu digunakan sebagai sebuah benteng pertahanan, sekarang benteng ini menjadi salah satu tempat wisata di Bengkulu yang banyak dikunjungi.
Dibangun pada tahun 1713 – 1719, Benteng Marlborough disebut sebagai benteng pertahanan terkuat kedua yang dimiliki Inggris di wilayah timur setelah Benteng St. George di India. Benteng dengan luas 240 x 170 meter ini jika dilihat dari atas bentuknya menyerupai kura-kura. Ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara bagian kepala dan badan ‘kura-kura raksasa’ ini.
Selain menjadi benteng pertahanan, tempat wisata ini dulunya juga digunakan sebagai tempat penyimpanan dan perdagangan rempah-rempah di wilayah timur Indonesia. Di dalam benteng, Anda bisa menemukan ruang tahanan, kantor pemerintahan Inggris, meriam, ruang perlindungan, gudang senjata dan terowongan dengan ukuran 6 x 2 meter.
Jika menggunakan bus, Anda bisa naik bus jurusan Terminal Bengkulu – Alun-alun Bengkulu kemudian turun di depan tempat wisata ini.