Paduan Keindahan Alam dari Gunung Kaba, Bengkulu
Bayar Lelah dengan Sunrise
6/09/14, 05:10 WIB
PEMANDANGAN ELOK:
Wisatawan mendirikan tenda di puncak Gunung Kaba, Kabupaten Rejang
Lebong, Bengkulu, untuk bisa menyaksikan terbitnya matahari. (Komi Kendy
Setiawati/Rakyat Bengkulu/JPNN)
GUNUNG Kaba lebih sering disebut Bukit Kaba. Gunung setinggi 1.938 meter itu menjadi salah satu primadona wisata di Provinsi Bengkulu.
* * *
GUNUNG Kaba mudah didatangi siapa saja. Untuk menuju
puncak bukit, rute dan jalurnya tidak terlalu sulit meski tentu tidak
bisa dianggap enteng. Perjalanan pulang pergi bisa ditempuh dalam sehari
jika pengunjung hanya ingin
hiking dan tidak mendirikan tenda di area
camping. Selain itu, sangat disayangkan jika para pengunjung melewatkan keindahan
sunrise dari ufuk timur pada cuaca cerah di Bukit Kaba.
Dari arah terbitnya matahari tersebut, pengunjung bisa menyaksikan
kumpulan awan yang bagaikan hamparan permadani di depan mata. Barisan
bukit lain juga tampak dari arah timur. Warna langitnya pun
berubah-ubah. Yakni, kelam saat menjelang fajar lantas menjadi biru tua,
oranye, lalu berubah biru muda dengan awan yang berarak.
Terdapat juga tiga kawah cantik di sana. Dua di antaranya merupakan
kawah hidup bisa dijangkau dan disaksikan dari dekat. Ya, Bukit Kaba
merupakan salah satu gunung berapi aktif tipe A di Pulau Sumatera.
Secara administrasi, kaki Bukit Kaba terdapat di Desa Talang Markisa,
Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Daerah itu bisa
didatangi dari Kota Bengkulu dan Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi
Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, yang sekarang sudah memiliki bandara
sendiri. Yakni, Bandara Silampari.
Jika dibandingkan dengan perjalanan dari Bengkulu yang memerlukan
waktu dua hingga dua setengah jam ke kaki bukit, perjalanan dari Kota
Lubuk Linggau justru lebih dekat, yakni hanya sejam.
Sepanjang perjalanan menuju Desa Talang Markisa tersebut, kita bisa
menyaksikan perkebunan sayur milik warga di kiri dan kanan jalan.
Sebagian besar penduduk desa itu memang bercocok tanam cabai, bunga kol,
bawang merah, wortel, dan tomat. Jika sudah tiba di Desa Talang
Markisa, pengunjung diwajibkan melapor di Pos Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) sebelum menuju pintu rimba. Selain menuliskan identitas,
pengunjung dikenakan tarif masuk kawasan wisata itu.
Lantas, pendakian dimulai dari pintu rimba yang berjarak sekitar 100
meter dari Pos Pokdarwis. Yakni, ditandai dengan menyeberangi aliran
air. Agar sampai ke puncak, ada tiga selter yang bisa disinggahi untuk
beristirahat.
Perjalanan dari pintu rimba menuju selter satu membutuhkan waktu
sekitar sejam. Jalurnya melewati lorong tanah, vegetasi hutan bambu, dan
hutan rimbun. Lalu, perjalanan dari selter satu ke selter dua juga
ditempuh sekitar sejam dengan melewati satu jalur yang cukup terkenal
dengan nama Tebing Cengeng.
Tebing tersebut dinamai Tebing Cengeng karena memiliki kemiringan
sekitar 60 derajat sepanjang 50 meter. Mendaki tebing itu benar-benar
membuat para pendaki mengeluh hingga ingin menangis. Sementara itu,
dalam perjalanan dari selter dua menuju selter tiga, ada kubah (bangunan
mirip bunker) yang merupakan pintu masuk kawasan puncak bukit.
Perjalanan tersebut membutuhkan waktu setengah jam.
Selama perjalanan dari selter ke selter, pengunjung tidak hanya bisa
menikmati udara segar, pemandangan hijau, dan suasana persahabatan,
tetapi juga suara bermacam-macam satwa. Salah satu yang paling khas
adalah suara siamang yang terdengar jika ada pendaki yang melintasi
selter satu ke selter dua. Mereka biasanya bersuara karena ingin
menandai wilayah habitatnya.
Setelah tiba di selter tiga kubah, pendaki dapat mendirikan tenda. Kalau hanya
hiking,
pengunjung bisa duduk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke
kawah hidup dan kawah mati. Selain itu, ada sumber air di 20 meter
sebelah kiri lembah yang menghadap puncak. Sumber air tersebut cukup
jernih sehingga menjadi alternatif bagi pengunjung yang kehabisan air
minum.
Untuk menuju ke kawah hidup, jalannya sejalur dengan jalur kubah.
Pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Nanti pengunjung
juga melintasi tangga yang disebut Tangga Seribu. Meski bernama Tangga
Seribu, tangga itu tidak sampai berjumlah seribu. Secara keseluruhan,
perjalanan 2,5 jam dari pintu rimba menuju puncak Bukit Kaba memang
cukup melelahkan.
Menurut seorang pendaki perempuan yang sudah biasa mendaki
gunung-gunung di Jawa, Pratiwi Setyo, jalur gunung Sumatera sangat
berbeda dengan gunung-gunung di Jawa. ’’Gunung Sumatera berjarak pendek,
tetapi perjalanannya cukup melelahkan. Sebab, trek datarnya sangat
sedikit,’’ tuturnya.
Dia menjelaskan, pendaki terkadang harus berpegangan pada akar-akar
jika ingin menaiki undakan tanah. Sementara itu, di Jawa banyak jalur
datar nan panjang sehingga tidak terlalu melelahkan meski waktu
tempuhnya lebih lama. Namun, rasa lelahnya akhirnya terbayar dengan
pemandangan yang elok.
Bagi yang ingin melihat
sunrise tanpa harus
camping
atau mendirikan tenda, ada tip yang memudahkan pendaki. Pendakian bisa
dilakukan dini hari sekitar pukul 02.30 WIB. Jadi, pengunjung bisa tiba
di puncak pada pukul 05.00 WIB atau menjelang matahari terbit. Untuk
cara itu, pengunjung wajib membawa senter dan setidaknya mengajak satu
orang yang sudah mengetahui jalur pendakian di sana.
Kunjungan ke lokasi wisata tersebut biasanya ramai pada Sabtu,
Minggu, dan hari-hari libur. Pada hari besar seperti Hari Kemerdekaan 17
Agustus dan Tahun Baru, jumlah pendaki dan pengunjung yang
hiking bisa mencapai ratusan orang.
(ken/JPNN/c20/diq)